- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Selain si sepi, si menunggu juga bukanlah hal asing bagiku. Bersama si menunggu, lumayan kerap si kecewa datang minta dipangku.
Kalau ada si sepi yang pernah kakinya robek digigit anjing tetangga, menemani makan sepiring indomie goreng aceh lauknya nasi, dan merangkul setiap rutinitas bengong di teras malam-malam, ada juga si menunggu yang nggak mau ketinggalan dibahas.
Giliran si menunggu. Semua orang pasti pernah merasakan di posisi menunggu, bukan? Entah ketika sedang menunggu bus, menunggu listrik menyala, menunggu antrian pesanan cilok, menunggu bakpao dua ribuan lewat, atau bahkan menunggu baterai ponsel penuh tapi malah lupa dicolokin. Yang terakhir itu si kamunya saja yang konyol. :)
Aku pernah di posisi menunggu juga. Pada saat itu, momen-momen sedang menunggu seorang teman di sebuah tempat karena sudah janjian mau membahas suatu hal. Pernah juga menunggu momen cahaya matahari jam 7 pagi demi memotret.
Pernah banyak putaran waktu, si menunggu duduk anteng tangannya bersedeku. Sepuluh menit, sejam, setahun, puluhan tahun, masih betah begitu. Covernya si tampak tenang tapi sebetulnya kalau dalam dirinya tengah bersarang kekhawatiran. Andai saja sarang kekhawatiran itu laku dijual, langsung bangun kos-kosan seribu pintu.
Sedangkan kalau bersamaku, si menunggu tanpa sungkan menyuruhku membunuh bosan dengan cara nyeketsa sampe jempol linu-linu. Aku jadi curiga, jangan-jangan ia tahu jika di tasku selalu ada buku.
Aduh lama-lama tulisanku nglantur. Mau ngangkat derajat jemuran dulu ah.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar