ILUSTRASI YANG TERINSPIRASI LAGUNYA BERNADYA

KOLABORAPIK DENGAN PENULIS BUKU


Siapa yang ketika sudah tarik selimut, merem, siap-siap ke gerbang dunia mimpi, malah buru-buru bangkit dari kasur, ngoret-oret buku gara-gara dapat ide baru?

Adalah aku. 

Pada satu malam yang hampir menuju tengah malam, rasa kantuk makin bergelayut di kelopak mata. Baru beberapa saat merem, ternyata otakku masih menyala terang. Pikiran lari-larian seperti dikejar anak sapi yang sedang tantrum. 

Di waktu yang tidak tepat, otakku tiba-tiba saja memberi bayangan sebuah ide. Aku yang pada dasarnya sering lupa, bangkit lah dari kasur kemudian membuat sketsa sebentar.

Sebuah ide yang tiba-tiba muncul ini, sebetulnya berawal dari tangkapan memori ketika aku pernah membaca tulisan yang diunggah seorang penulis. Ternyata otakku memutarnya kembali sebelum aku terlelap.

Sebuah ide mengkolaborasikan dari tulisan menjadi ilustrasi. Tentu, aku ingin mengantongi restu dulu dari penulis aslinya. Namanya, Boy Candra. Kamu pasti tahu penulis buku terkenal ini, kan? Ah, ngomongin buku, aku jadi ingat bukuku yang pernah dipinjam seseorang balik-balik keriting. Tapi tetap masih oke dibaca kok :) 

Sebuah ilustrasi khusus untuk penulis favoritku. Beberapa waktu lalu, aku memberanikan diri mengontaknya via email demi mengantongi restu agar bisa mengilustrasikan satu tulisannya. Ilustrasi ini dibuat secara tradisional menggunakan media pensil di atas kertas Canson.

Ini dia tulisan bang Boy Candra yang aku ilustrasikan. Kalau kamu ingin membaca tulisan yang lain, bisa berkunjung ke media sosialnya. Atau mau ke media sosialku juga boleh banget.

Ketika membacanya, rasanya aku diajak ke dunia "seseorang" di dalam tulisan tersebut. Ah, mungkin saja memang benar "seseorang" itu adalah aku sendiri pada waktu bercermin.

Terima kasih bang Boy Candra sudah melahirkan tulisan yang menghangatkan, yang tidak jarang terselip mantra-mantra yang menumbuhkan.

Oh, dan terima kasih juga atas apresiasinya terhadap karyaku. Semoga suatu hari nanti bisa berkesempatan seruang karya.


Komentar